SEJARAH ISLAM INDONESIA (PENDIDIKAN
ISLAM)
Pendidikan Islam
Pesantren
RIKE APPRI YANTI
Pengertian Pendidikan Islam
Muhammad
Hamid An-Nashir dan Qullah Abdul Qadir Darwis mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai proses pengarahan perkembangan manusia pada sisi jasmani, akal, bahasa,
tingkah laku, dan kehidupan sosial keagamaan yang diarahkan pada kebaikan
menuju kesempurnaan. Sementara itu Omar Muhammad At-Taumi Asy-Syaibani
sebagaimana dikutip oleh M. Arifin, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi atau kehidupan
kemasyarakatan dan kehidupan di alam sekitarnya.
Pengertian Pesantren
Pesantren
adalah bentuk pendidikan tradisional di Indonesia yang sejarahnya telah
mengakar secara berabad-abad jauh sebelum Indonesia merdeka dan sebelum
kerajaan Islam berdiri”, ada juga yang menyebutkan bahwa pesantren mengandung
makna ke-Islaman sekaligus keaslian (indigenous) Indonesia. Kata “pesantren”
mengandung pengertian sebagai tempat para santri atau murid pesantren,
sedangkan kata “santri” diduga berasal dari istilah sansekerta “sastri” yang
berarti “melek huruf”, atau dari bahasa Jawa “cantrik” yang berarti orang yang
mengikuti gurunya kemanapun pergi. Dari sini kita memahami bahwa pesantren
setidaknya memiliki tiga unsur, yakni; Santri, Kyai dan Asrama.
Sistem Pendidikan Pesantren
Sistem
pendidikan yang ada di dalam pesantren mempunyai karakter yang mandiri. Hal itu
bisa kita lihat dari pengajaran sorogan. Pengajaran sorogan di sini maksudnya
adalah seorang kyai mengajar para santrinya secara bergiliran dari santri satu
ke santri lainnya. Saat tiba gilirannya, santri mengulangi serta mengartikan
kata yang sama persis dengan yang diucapkan kyai atau guru itu kepadanya.
Metode penerjemahan ini dibuat supaya mereka bisa dengan mudah mengerti dan
memahami baik dari segi arti ataupun fungsi kata dalam rangkaian kalimat dalam
bahasa Arab.
Dalam
sistem itu, para santri harus melakukannya secara berulang-ulang dan hanya
boleh menerima tambahan pelajaran apabila sudah mendalami atau menguasai
pelajaran sebelumnya. Sorogan bisa diartikan sebagai sistem yang paling sulit
dari keseluruhan sistem pengajaran yang ada di pesantren, hal ini disebabkan dalam
sorogan para santri dituntut untuk sabar, rajin, taat, dan disiplin. Selain
sorogan dalam pesantren juga sangat familiar dengan yang namanya pengajian
weton dimana sang kyai bersila di lantai masjid atau di teras rumahnya membaca
atau menjelaskan tentang hal-hal yang bersifat keagamaan dan para santrinya
mengerumuninya sambil mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh kyai
tersebut. Dalam pengajian sorogan, metode yang digunakan adalah masih
dilanjutkan dengan cara memberi kuasa kepada para ustadz untuk melaksanakannya
di bilik atau kamar mereka masing-masing. Dan lama kelamaan maka pengajian
weton digantikan ke pengganti kyai (badal), jadi hanya pengajian weton dengan
teks utama yang diberikan oleh sang kyai. Seiring dengan perkembangannya, sistem
klasikal digunakan dalam proses pembelajaran sebagai pembaharuan dari model
sorogan serta model weton (Wahjoetomo, 1987: 82; Matsuhu, 1994: 61).
Keunggulan Pesantren
Menurut
Iskandar (2010) pesantren memiliki berbagai keunggulan, antara lain:
1) Misi pendidikan lebih banyak
ditekankan pada aspek moralitas dan pembinaan kepribadian;
2) Kultur kemandirian dalam
interaksi sosial;
3) Penguasaan literatur klasik yang
sarat dengan nilai dan pesan moral yang berguna bagi pengembangan peradaban
yang beretika;
4) Kharisma kiai sebagai manajer dan
pengasuh lembaga pesantren menjadikan panutan dan teladan dalam kehidupan
sehari-hari; dan
5) Hubungan kiai dan santri yang
bersifat kekeluargaan dengan kepatuhan yang tinggi.
Banyak Contoh Pesantren yang berhasil Menyelenggarakan program
pembelajaran salah Satunya yaitu Pesantren Gontor.
Daftar Pustaka
Muhroqib, Ilmu
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKiS, 2009)
M. Arifin,
Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987)
Abdul Munir
Mulkhan, Nalar Spritual Pendidikan, (Yogyakarta; Tiara Wacana Yogya, 2002)
Jurnal Tarbawi:
Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 15, No. 01, Juli 2019, pp. 11-21
Jurnal
Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, p-ISSN: 1693-6418, e-ISSN: 2580-247X
Komentar
Posting Komentar